JANGAN ADA ‘VAKSIN’ SPIRIT PANDEMI COVID-19

Siang itu, resonansi dari sudut-sudut bilik rumah warga muncul secara bersamaan. Semuanya membentuk sebuah harmoni yang semakin lama justru semakin menghadirkan keindahan. Rupanya jutaan pasang mata menyaksikan hal yang sama, melihat apa yang terjadi di Bandung. Ya, Indonesia menjadi tuan rumah Uji Klinis Tahap 3 Vaksin Covid-19. Presiden Joko Widodo menjadi ikon momen bersejarah itu. Ekspektasi warga layaknya snowball, semakin tayangan itu disaksikan, semakin besar harapan untuk bangkit dan terbebas dari pandemi yang menjangkit negara-negara di penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Di rumah kecil yang tak jauh dari jalan raya itu, seorang gadis belasan tahun menyaksikan apa yang menjadi headline di stasiun televisi lokal maupun nasional. Winda Pujianti Santoso namanya, mengamati secara seksama setiap jengkal yang terjadi di ruang-ruang Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sebanyak 1.620 relawan mendarmabaktikan dirinya atas nama amal saleh kemanusiaan.

Tak ada satu negara pun di dunia yang sudah bersiap menghadapi pandemi ini, bahkan sekelas negara adikuasa sekalipun. Tak dapat dipungkiri bahwa vaksin Covid-19 itu menjadi barang superlangka yang begitu tak ternilai harganya untuk saat ini. Namun bagi Winda, begitu sapaan akrabnya, pandemi ini mengajari banyak hal. “Semakin sadar, betapa pentingnya selalu menjaga kebersihan dan kesehatan kapanpun dan dimanapun,” terang gadis berkacamata nan berparas ayu ini, Selasa (11/8/2020).

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, tak terasa sudah hampir setengah tahun Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berlangsung di negeri ini. Siswi kelas XII IPS di salah satu sekolah negeri di Kota Tegal itu berharap, pandemi Covid-19 segera sirna dan bumi pulih kembali secara perlahan demi perlahan. Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) mulai digiatkan dan dikampanyekan secara terus-menerus dan konsisten. Namun, kelengahan personal maupun komunal yang membahayakan kesehatan diri sendiri dan orang yang jangan pernah dibiarkan.

Pandemi Covid-19 bukan hanya soal kesehatan, tapi juga tentang rasa kesadaran bahwa pendidikan anak adalah milik bersama. Betapa banyak orang tua yang selalu bersifat permisif terhadap perkembangan pendidikan anaknya, sehingga pendidikan hanya dibebankan kepada guru semata. Semua pihak baik pemerintah, guru, orang tua maupun masyarakat wajib terlibat didalamnya sebagai satu kesatuan yang untuh untuk mencapai tujuan pendidikan. Bersama-sama bahu-membahu untuk menunaikan janji dan amanat kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa. “Saat belajar serba daring, dukungan penuh dan motivasi dari orang tua begitu penting dan bararti,” jelas perempuan kelahiran Tegal 17 tahun silam.

Perkembangan teknologi yang begitu masif dan mendunia menjadi momentum yang tepat untuk para pelajar meningkatkan kompetensi dan menemukan cara belajar yang pas sesuai diri sendiri. Mewabahnya virus yang berasal dari Kota Wuhan itu ‘memaksa’ banyak pelajar untuk benar-benar melek teknologi tanpa terkecuali. Terlepas dari sisi negatifnya, teknologi akan menjadi begitu berdampak positif jika digunakan secara tepat dan oleh orang yang tepat pula. “Melalui internet, pintu pengetahuan terbuka luas dengan cara yang cepat dan lintas batas. Saya juga mulai belajar berbagai fitur atau aplikasi yang dapat menunjang pembelajaran,” paparnya.

Akhirnya semua mesti menyadari, betapa pentingya vaksin Covid-19 secara medis untuk mencegah atau menyembuhkan mereka yang terpapar. Namun, spirit ke arah yang positif dari pandemi ini jangan pernah hilang, dan jangan pernah disembuhkan menggunakan ‘vaksin’ apapun.

Penulis: Moh. Caesar Febriano S., Siswa Kelas XI IPS 2